Assalaamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga tulisan ini bermanfaat
Dalam mu'amalah sehari-hari manusia memerlukan berdialog dan
berkomunikasi baik dalam perkara-perkara yang berkenaan dengan
kepentingan pribadi ataupun dalam urusan yang berkenaan dengan maslahat
kehidupan orang banyak. Perbedaan pendapat dan pandangan diantara
manusia adalah hal yang lumrah.
Islam memberikan panduan dan tuntunan kepada manusia dalam menjalankan
setiap aktifitas mu'amalah agar manusia selamat dari berbagai macam
bencana yang mungkin timbul dari kesalahan-kesalahan dan perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, logika dan agama. Diantara
bencana yang sangat besar yang manusia sering terjatuh di dalamnya
adalah terjerumusnya manusia pada sikap sombong yang mampu membunuh iman
sehingga bisa membuatnya termasuk diantara orang-orang yang diharamkan
masuk surga.
Hanya manusia yang memiliki keimanan di hatinya yang boleh masuk surga.
Sesungguhnya kesombongan di dalam hati bisa membunuh iman, sehingga
manusia yang masih memelihara sifat sombong itu sampai ajal
menjemputnya, dia tidak akan masuk surga. Demikian dijelaskan oleh
Rasulullah Muhammad s.a.w.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه
وسلم: “لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذَرَّة من كِبْر. فقال رجل: إن
الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً، ونعله حسناً؟ فقال: إن الله جميل يحب
الجمال. الكبْر: بَطْر الحق، وغَمْط الناس” رواه مسلم
Dari ibnu mas’ud-semoga Allah meridhoinya- berkata :
Rasulullah-shalawat dan salam untuknya- bersabda : “Tidak akan masuk
kedalam surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun seberat
biji sawi. Lalu ada yang bertanya : sesungguhnya seseorang itu sangat
senang kepada baju dan sandal yang bagus ? maka beliau berkata :
sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Sombong itu
adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia“. HR Muslim.
Rasulullah menjelaskan bahwa hakikat kesombongan yang bisa membunuh iman
bukanlah rasa senang dengan harta benda yang dimiliki seseorang.
Kesombongan yang sesungguhnya adalah apabila seseorang menolak dan tidak
mengakui kebenaran disebabkan oleh sifat tinggi hati dan meremehkan
serta merendahkan orang lain.
Iblis bukanlah makhluk yang tidak percaya akan keesaan dan kekuasaan
Allah. Iblis juga menyembah dan mengagungkan Allah sebagaimana para
malaikat. Namun sifat tinggi hatinya yang meremehkan dan merendahkan
Adam serta keangkuhannya yang menolak kebenaran bahwa Adam memiliki
kualitas yag menjadikannya patut diunggulkan dari makhluk-makhluk lain
menjadikan Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud mengakui
kelebihan Adam.
Sikap sombong itulah yang menjerumuskan Iblis sehingga menjadi makhluk
yang dilaknat. Keangkuhannya itulah yang membunuh iman di hatinya
meskipun Iblis tetap mengakui keesaan dan kekuasaan Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering terlibat dalam dialog atau
bahkan mujadalah dan perdebatan baik dalam urusan agama maupun lainnya.
Para ulama merumuskan syarat-syarat dan adab dalam melakukan dialog agar
manusia tidak terjatuh dalam perdebatan yang bisa menjerumuskan kita
kedalam jenis mujadalah yang diharamkan bahkan mematikan iman.
Suatu hiwar atau dialog harus bertujuan untuk mecapai kebenaran, bukan
mencari kemenangan, juga bukan mencari unggul dan bukan untuk
menjatuhkan lawan apalagi merendahkan martabat fihak lain. Maka kita
harus bersukur dan menerima kebenaran yang muncul dari sebuah dialog,
baik kebenaran itu keluar dari fihak kita maupun fihak lain.
Berikut ini adalah beberapa ushul dalam berdialog yang diizinkan dalam Islam:
1. Menggunakan cara yang logis dan ilmiah. Dari point ini seseorang
harus mengajukan argumen yang benar dan apabila topik pembicaraan
merupakan urusan agama, maka kesahihan dalil naqli harus diperhatikan.
2. Ungkapan dan perkataan yang diucapkan harus terbebas dari tanaqudh atau kontradiksi serta tahafut atau kerancuan.
3. Kedua fihak harus sepakat dalam pokok-pokok logika yang kebenarannya bersifat pasti.
4. Melepaskan diri dari ta'assub atau fanatisme serta harus bertujuan mencapai sebuah kebenaran.
5. Seseorang harus berkompeten dalam permasalahan yang sedang dibicarakan.
6. Kesepakatan dan pemahaman bahwa pendapat manusia biasa ada kemungkinan benar dan salah.
7. Bersedia menerima kebenaran yang muncul dari sebuah dialog. Point ini
tidak mewajibkan orang untuk selalu sepakat pada akhir proses hiwar.
Tapi kita dilarang menolak kebenaran yang muncul dari suatu argumen dan
dalil yang tidak bisa dibantah kebenarannya disebabkan oleh ego dan
keengganan kita mengakui kebenaran.
Adab-adab yang harus dipegang selama proses hiwar:
1. Menggunakan bahasa yang baik dan sopan serta tidak menggunakan cara yang menantang.
2. Jika hiwar tersebut dilakukan secara lisan, bukan melalui tulisan, maka harus ada alokasi waktu yang ditentukan.
3. Mendengarkan dengan baik setiap perkataan lawan bicara dan dilarang
memotong perkataannya sehinnga fihak lawan bisa leluasa menggunakan
waktu bicara yang dialokasikan untuknya.
4. Menghormati dan menghargai lawan dialog. Dilarang menyerang dan menghina pribadi lawan bicara apalagi mengungkapkan aibnya.
5. Dilakukan di tempat tertentu yang sesuai bagi kedua belah fihak.
6. Niat yang baik dan ikhlash.
Al-ghazali mengatakan bahwa sebuah mujadalah yang tidak dilakukan dengan
adab-adab yang baik adalah haram. Oleh karena itu jika ada orang yang
mengajak kita berdebat dan bisa dirasakan bahwa perdebatan itu bukan
untuk mencari kebenaran, melainkan untuk memuaskan ego dan mencari
kemenangan, maka kita wajib menghindari perdebatan tersebut. Karena
manusia yang tidak peduli kepada kebenaran adalah jenis manusia jahil
yang harus dihindari berdebat dengannya.
Diantara hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan hiwar adalah
seseorang harus kompeten dalam topik yang sedang dibicarakan. Ini
meminta agar kita bisa mengukur diri agar suatu hiwar tidak menjadi hal
yang sia-sia. Sesungguhnya diantara manusia ada yang bodoh tapi mengerti
bahwa dirinya bodoh. Dengan kesadaran tersebut dia tentu berkewajiban
untuk bertanya dan belajar, bukan berdebat.
Adapun manusia yang bodoh tapi tidak menyadari kebodohannya dan bahkan
merasa pintar, inilah yang disebut dengan jahil murokkab. Untuk manusia
jenis ini ada ungkapan "tarkul jawab 'alaljahili jawab" yang
menganjurkan kita untuk tidak melayani berdebat dengan mereka. Kita
cukup mengucapkan salam damai saja kepada manusia jenis tersebut.
Ego dan kesombongan adalah penyakit bahaya yang tidak hanya menjangkiti
orang-orang bodoh tapi juga para intelektual dan bahkan kaum agamawan.
Kedudukan dalam strata sosial terkadang menyebabkan orang-orang yang
pandai terjerumus dalam kesombongan sehingga mereka menolak kebenaran
karena hal tersebut diungkapkan oleh orang yang dianggap remeh.
Ada kalanya seseorang yang pandai tidak mau menerima kebenaran dan
mengakui kesalahan pendapatnya karena keangkuhan hati serta gengsi. Pada
saat itulah dia membunuh iman yang ada di hatinya. Jika dia mati dalam
keadaan itu maka sesungguhnya dia mati dalam keadaan tidak membawa iman.
Na'uzu billah. Semoga kita semua diselamatkan oleh Allah dari sifat dan
sikap sombong yang bisa membunuh iman di dalam hati kita. Islam adalah
menyerah kepada kebenaran, Iman adalah tunduk kepada yang haq. Wallahu
A'lam.
Sumber : Kaskus
Kamis, 28 Februari 2013
4 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda.Terimakasih telah berkunjung di di Blog BILLYSHARE 99
Peraturan dalam berkomentar :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel.
2. Berkomentarlah dengan bijak dan mohon untuk tidak melakukan SPAM.
3. Dilarang Membuat onar dan menggunakan kata kasar
4. Kami Harap Jangan Menaruh Link Hidup Maupun Mati Di Kotak Komentar, Terimakasih
5. Jika ingin menggunakan link harap gunakan open ID
6. Dilarang Promosi Iklan dan sebagainya..Harap dimaklumi !!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Terimakasih banget boss, melalui artikel ini saya banyak belajar tentang Islam, sekali lagi terimakasih ya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmakasih gan info nya.
BalasHapuswah banyak pelajaran yg bisa d ampil dari artikel ini.
BalasHapusmakasih gan,