Kamis, 28 Februari 2013

Kesombongan Yang Membunuh Iman Dan Adab Berdialog

Assalaamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semoga tulisan ini bermanfaat

Dalam mu'amalah sehari-hari manusia memerlukan berdialog dan berkomunikasi baik dalam perkara-perkara yang berkenaan dengan kepentingan pribadi ataupun dalam urusan yang berkenaan dengan maslahat kehidupan orang banyak. Perbedaan pendapat dan pandangan diantara manusia adalah hal yang lumrah.

Islam memberikan panduan dan tuntunan kepada manusia dalam menjalankan setiap aktifitas mu'amalah agar manusia selamat dari berbagai macam bencana yang mungkin timbul dari kesalahan-kesalahan dan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, etika, logika dan agama. Diantara bencana yang sangat besar yang manusia sering terjatuh di dalamnya adalah terjerumusnya manusia pada sikap sombong yang mampu membunuh iman sehingga bisa membuatnya termasuk diantara orang-orang yang diharamkan masuk surga.

Hanya manusia yang memiliki keimanan di hatinya yang boleh masuk surga. Sesungguhnya kesombongan di dalam hati bisa membunuh iman, sehingga manusia yang masih memelihara sifat sombong itu sampai ajal menjemputnya, dia tidak akan masuk surga. Demikian dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w.

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلم: “لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذَرَّة من كِبْر. فقال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً، ونعله حسناً؟ فقال: إن الله جميل يحب الجمال. الكبْر: بَطْر الحق، وغَمْط الناس” رواه مسلم

Dari ibnu mas’ud-semoga Allah meridhoinya- berkata : Rasulullah-shalawat dan salam untuknya- bersabda : “Tidak akan masuk kedalam surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun seberat biji sawi. Lalu ada yang bertanya : sesungguhnya seseorang itu sangat senang kepada baju dan sandal yang bagus ? maka beliau berkata : sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia“. HR Muslim.

Rasulullah menjelaskan bahwa hakikat kesombongan yang bisa membunuh iman bukanlah rasa senang dengan harta benda yang dimiliki seseorang. Kesombongan yang sesungguhnya adalah apabila seseorang menolak dan tidak mengakui kebenaran disebabkan oleh sifat tinggi hati dan meremehkan serta merendahkan orang lain.

Iblis bukanlah makhluk yang tidak percaya akan keesaan dan kekuasaan Allah. Iblis juga menyembah dan mengagungkan Allah sebagaimana para malaikat. Namun sifat tinggi hatinya yang meremehkan dan merendahkan Adam serta keangkuhannya yang menolak kebenaran bahwa Adam memiliki kualitas yag menjadikannya patut diunggulkan dari makhluk-makhluk lain menjadikan Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud mengakui kelebihan Adam.

Sikap sombong itulah yang menjerumuskan Iblis sehingga menjadi makhluk yang dilaknat. Keangkuhannya itulah yang membunuh iman di hatinya meskipun Iblis tetap mengakui keesaan dan kekuasaan Allah.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering terlibat dalam dialog atau bahkan mujadalah dan perdebatan baik dalam urusan agama maupun lainnya. Para ulama merumuskan syarat-syarat dan adab dalam melakukan dialog agar manusia tidak terjatuh dalam perdebatan yang bisa menjerumuskan kita kedalam jenis mujadalah yang diharamkan bahkan mematikan iman.

Suatu hiwar atau dialog harus bertujuan untuk mecapai kebenaran, bukan mencari kemenangan, juga bukan mencari unggul dan bukan untuk menjatuhkan lawan apalagi merendahkan martabat fihak lain. Maka kita harus bersukur dan menerima kebenaran yang muncul dari sebuah dialog, baik kebenaran itu keluar dari fihak kita maupun fihak lain.

Berikut ini adalah beberapa ushul dalam berdialog yang diizinkan dalam Islam:

1. Menggunakan cara yang logis dan ilmiah. Dari point ini seseorang harus mengajukan argumen yang benar dan apabila topik pembicaraan merupakan urusan agama, maka kesahihan dalil naqli harus diperhatikan.
2. Ungkapan dan perkataan yang diucapkan harus terbebas dari tanaqudh atau kontradiksi serta tahafut atau kerancuan.
3. Kedua fihak harus sepakat dalam pokok-pokok logika yang kebenarannya bersifat pasti.
4. Melepaskan diri dari ta'assub atau fanatisme serta harus bertujuan mencapai sebuah kebenaran.
5. Seseorang harus berkompeten dalam permasalahan yang sedang dibicarakan.
6. Kesepakatan dan pemahaman bahwa pendapat manusia biasa ada kemungkinan benar dan salah.
7. Bersedia menerima kebenaran yang muncul dari sebuah dialog. Point ini tidak mewajibkan orang untuk selalu sepakat pada akhir proses hiwar. Tapi kita dilarang menolak kebenaran yang muncul dari suatu argumen dan dalil yang tidak bisa dibantah kebenarannya disebabkan oleh ego dan keengganan kita mengakui kebenaran.

Adab-adab yang harus dipegang selama proses hiwar:

1. Menggunakan bahasa yang baik dan sopan serta tidak menggunakan cara yang menantang.
2. Jika hiwar tersebut dilakukan secara lisan, bukan melalui tulisan, maka harus ada alokasi waktu yang ditentukan.
3. Mendengarkan dengan baik setiap perkataan lawan bicara dan dilarang memotong perkataannya sehinnga fihak lawan bisa leluasa menggunakan waktu bicara yang dialokasikan untuknya.
4. Menghormati dan menghargai lawan dialog. Dilarang menyerang dan menghina pribadi lawan bicara apalagi mengungkapkan aibnya.
5. Dilakukan di tempat tertentu yang sesuai bagi kedua belah fihak.
6. Niat yang baik dan ikhlash.

Al-ghazali mengatakan bahwa sebuah mujadalah yang tidak dilakukan dengan adab-adab yang baik adalah haram. Oleh karena itu jika ada orang yang mengajak kita berdebat dan bisa dirasakan bahwa perdebatan itu bukan untuk mencari kebenaran, melainkan untuk memuaskan ego dan mencari kemenangan, maka kita wajib menghindari perdebatan tersebut. Karena manusia yang tidak peduli kepada kebenaran adalah jenis manusia jahil yang harus dihindari berdebat dengannya.

Diantara hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan hiwar adalah seseorang harus kompeten dalam topik yang sedang dibicarakan. Ini meminta agar kita bisa mengukur diri agar suatu hiwar tidak menjadi hal yang sia-sia. Sesungguhnya diantara manusia ada yang bodoh tapi mengerti bahwa dirinya bodoh. Dengan kesadaran tersebut dia tentu berkewajiban untuk bertanya dan belajar, bukan berdebat.


Adapun manusia yang bodoh tapi tidak menyadari kebodohannya dan bahkan merasa pintar, inilah yang disebut dengan jahil murokkab. Untuk manusia jenis ini ada ungkapan "tarkul jawab 'alaljahili jawab" yang menganjurkan kita untuk tidak melayani berdebat dengan mereka. Kita cukup mengucapkan salam damai saja kepada manusia jenis tersebut.

Ego dan kesombongan adalah penyakit bahaya yang tidak hanya menjangkiti orang-orang bodoh tapi juga para intelektual dan bahkan kaum agamawan. Kedudukan dalam strata sosial terkadang menyebabkan orang-orang yang pandai terjerumus dalam kesombongan sehingga mereka menolak kebenaran karena hal tersebut diungkapkan oleh orang yang dianggap remeh.

Ada kalanya seseorang yang pandai tidak mau menerima kebenaran dan mengakui kesalahan pendapatnya karena keangkuhan hati serta gengsi. Pada saat itulah dia membunuh iman yang ada di hatinya. Jika dia mati dalam keadaan itu maka sesungguhnya dia mati dalam keadaan tidak membawa iman. Na'uzu billah. Semoga kita semua diselamatkan oleh Allah dari sifat dan sikap sombong yang bisa membunuh iman di dalam hati kita. Islam adalah menyerah kepada kebenaran, Iman adalah tunduk kepada yang haq. Wallahu A'lam.


Sumber : Kaskus

4 komentar:

  1. Terimakasih banget boss, melalui artikel ini saya banyak belajar tentang Islam, sekali lagi terimakasih ya

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. wah banyak pelajaran yg bisa d ampil dari artikel ini.
    makasih gan,

    BalasHapus

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda.Terimakasih telah berkunjung di di Blog BILLYSHARE 99

Peraturan dalam berkomentar :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel.
2. Berkomentarlah dengan bijak dan mohon untuk tidak melakukan SPAM.
3. Dilarang Membuat onar dan menggunakan kata kasar
4. Kami Harap Jangan Menaruh Link Hidup Maupun Mati Di Kotak Komentar, Terimakasih
5. Jika ingin menggunakan link harap gunakan open ID
6. Dilarang Promosi Iklan dan sebagainya..Harap dimaklumi !!