Nah!
bicara pesawat tempur emang gak ada matinya dan selalu menarik untuk di
simak. Berikut serupedia merangkumnya dalam 5 pesawat tercanggih saat
ini.
1. Hide F-22 Raptor US
F-22
Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat
ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas
udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi
pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan
elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan
yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum
secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A
ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin
Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi
sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian
mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap,
peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.
Pada
tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang
harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk
menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi
modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol
mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat
siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
Pesawat
ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih
pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur
paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per
unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[1] Pada April 2005,
total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan
jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu
381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[2] Salah satu
faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan
memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang
lebih murah.
Produksi
Proses produksi F-22.
Saat
semua 183 jet telah dibeli, $34 milyar akan dibelanjakan untuk
pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya
sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program.
Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika
Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap
pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh
dengan tambahan pembelian pesawat.[9]
F-22
bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya
berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 milyar per
unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 milyar US Dollar. Untuk lebih
adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin
ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22
menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117
Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih
rendah.
Karakteristik
Mesin Pratt & Whitney F119 F-22.
Pergerakan
Mesin
turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan
pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch
sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan,
namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan
maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam
supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut
Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).
F-22
juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik
maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa
berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrim seperti Manuver
Herbst, Kobra Pugachev,[10] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan
sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[10][11] Ketinggian
terbang juga mempengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada
Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada
ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu
faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[12]
F-22
menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi
superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat
lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target
sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000
kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga
dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan
mengalami gangguan.
Informasi
pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing
dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300
megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding,
yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[13] Radar ini
memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk
dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[12]
F-22
juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya.
Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi
musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[12] Kemampuan
"mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini
bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat
mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa
membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.[10][12]
Bus
data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang
dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem
komersial FireWire (IEEE-1394),[14] yang diciptakan oleh Apple dan
sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga
akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[14]
Persenjataan
F-22
dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan
secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan
silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup
persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidrolik. Pesawat
ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM)
dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan
internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik
eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan
siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22
membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian
kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila
ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima ******* Meskipun
begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa
terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.[10]
Kemampuan siluman
Pesawat
tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat
mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti
pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material
penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detil
lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar
lebih tersembunyi.[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi
infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari
panas".
Namun,
F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117
Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena
tidak tahan cuaca buruk.[16] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman
B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan
perawatan pada hangar biasa.[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem
yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan
jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan
dan perawatan.[16]
Pemakaian
afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh
radar,[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22
difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.
Spesifikasi (F-22 Raptor)
Data dari USAF,[17] situs Tim F-22 Raptor,[18] dan Aviation Week & Space Technology[12]
Karakteristik umum
* Kru: 1
* Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
* Lebar sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
* Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
* Area sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
* Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
* Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
* Berat terisi: 55.352 lb (25.107 kg)
* Berat maksimum lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
* Mesin: 2× Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb (155,7 kN) masing-masing
Performa
* Kecepatan maksimum: ˜Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi[19]
* Kecepatan jelajah: Mach 1,72[18] (1.825 km/h) pada altituda/ketinggian tinggi
* Jarak jangkau ferri: 2.000 mi (1.738 nm, 3.219 km)
* Batas tertinggi servis: 65.000 kaki (19.812 m)
* Laju panjat: rahasia (tidak diketahui umum)
* Beban sayap: 66 lb/kaki² (322 kg/m²)
* Dorongan/berat: 1,26
* Maximum g-load: -3/+9 g
Persenjataan
* Meriam: 1× 20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
* Udara ke udara:
* 6× AIM-120 AMRAAM
* 2× AIM-9 Sidewinder
* Udara ke darat:
* 2× AIM-120 AMRAAM dan
* 2× AIM-9 Sidewinder dan salah satu:
o 2× 1.000 lb JDAM atau
o 2× Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
o 8× 250 lb GBU-39 Small Diameter Bomb
Avionik
* Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)[12]
2. Show F-35 Lightning II
F-35
Lightning II adalah hasil pengembangan dari pesawat X-35 dalam program
Joint Strike Fighter. Pesawat ini adalah pesawat tempur berkursi
tunggal, bermesin tunggal, yang dapat melakukan banyak fungsi, antara
lain pertempuran udara-ke-udara, dukungan udara jarak dekat, dan
pengeboman taktis. Pengembangan pesawat ini dibiayai oleh Amerika
Serikat, Britania Raya, dan beberapa negara lainnya. Pesawat ini
dikembangkan dan diproduksi oleh industri kedirgantaraan yang dipimpin
oleh Lockheed Martin serta dua rekan utamanya, BAE Systems dan Northrop
Grumman. Pesawat demonstrasi pertama kali terbang pada tahun 2000,[2]
dan pesawat versi produksi pertama kali terbang pada 15 Desember 2006.[3
Sejarah
Program JAST
Program
Joint Advanced Strike Technology (JAST) dimulai pada tahun 1993 dari
hasil Bottom-Up-Review Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Departemen
Pertahanan juga memutuskan untuk tetap mengembangkan F-22 yang sewaktu
itu kontroversial, membatalkan program Multi-Role Fighter (MRF) dan
A/F-X, serta menghentikan pembelian F-16 dan F/A-18C/D.
Kantor
program JAST dibentuk pada 27 Januari 1994. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan pesawat, persenjataan, dan teknologi sensorik yang akan
dipakai pada pengembangan pesawat taktis di masa depan. Kemudian program
JAST digabungkan dengan program Common Affordable Lightweight Fighter
(CALF), membentuk program Joint Strike Fighter (JSF).[4]
X-32 dan X-35
Pesawat Lockheed Martin X-35.
Kontrak
JSF diberikan kepada Lockheed Martin dan Boeing pada tanggal 16
November 1996. Masing-masing perusahaan diharuskan untuk membuat dua
pesawat yang dapat mendemonstrasikan lepas landas dan mendarat
konvensional (conventional takeoff and landing, CTOL), lepas landas dan
mendarat pada kapal induk, dan lepas landas pendek dan mendarat vertikal
(short-takeoff and vertical-landing, STOVL). Lockheed Martin
mengembangkan X-35 dan Boeing mengembangkan X-32.
Pada
tanggal 26 Oktober 2001, diumumkan bahwa X-35 Lockheed Martin
mengalahkan X-32 Boeing. Petinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat
dan Inggris menyatakan bahwa X-35 secara konsisten mengungguli X-32,
walaupun keduanya sudah memenuhi syarat.
Penamaan
Lockheed
Martin, yang mengembangkan pesawat ini dengan nama "F-24", terkejut
ketika mengetahui bahwa pesawat ini akan diberi nama "F-35".[5] Pada 7
Juli 2006, Angkatan Udara Amerika Serikat secara resmi mengumumkan nama
F-35, yaitu Lighting II.[6] Nama ini juga dipakai untuk mengenang
pesawat sebelumnya, yaitu P-38 Lightning dan English Electric Lightning.
Nama lain yang sempat dipikirkan adalah Kestrel, Phoenix, Piasa, Black
Mamba, dan Spitfire II. Lighting II juga sempat menjadi nama untuk F-22
Raptor.
Pengetesan
Pada
19 Februari 2006, F-35A pertama dimunculkan di Fort Worth, Texas.
Pesawat ini melewati pengetesan darat yang berat di Edwards Air Force
Base pada musim gugur 2006. Pada 15 September, pengetesan pertama mesin
Pratt & Whitney F135 dilakukan, dan diselesaikan pada 18 September
dengan pengetesan afterburner. Kemudian pada tanggal 15 Desember, F-35A
melakukan penerbangan pertamanya
Varian
F-35A pada upacara inagurasinya.
Program
Joint Strike Fighter didirikan untuk mengantikan pesawat tempur lama,
dengan biaya pengembangan, produksi, dan operasi yang relatif kecil. Ini
dicapai dengan membuat pesawat tempur dengan tiga varian, yang
masing-masing memiliki kesamaan 80%. Ketiga varian tersebut adalah:
*
F-35A, Pesawat lepas landas dan mendarat konvensional (conventional
takeoff and landing, CTOL) yang akan menggantikan F-16 Fighting Falcon
Angkatan Udara Amerika Serikat mulai tahun 2011.
*
F-35B, Pesawat lepas landas pendek dan mendarat vertikal (short-takeoff
and vertical-landing, STOVL) yang akan menggantikan AV-8 Harrier II dan
F/A-18 Hornet Korps Marinir Amerika Serikat serta Angkatan Laut Italia,
dan Harrier GR7/GR9 Britania Raya mulai tahun 2012.
*
F-35C, Pesawat kapal induk yang akan menggantikan F/A-18 Hornet (varian
A/B/C/D saja) Angkatan Laut Amerika Serikat mulai tahun 2012.
3. Show Su-27 Russia
Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Disain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.
Sejarah
Pada
tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara
Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi
rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi
F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai
program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis
mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi
hasil rancangan Amerika Serikat.
Namun,
spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini
pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program
ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi
Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy
Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir
ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat,
dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang
nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.
Rancangan
Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang
pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat
Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui
banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat
ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978. Kejadian ini kemudian
ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan
T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981. Pesawat ini juga
menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981.
Versi
produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B)
mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai
menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi.
Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan
Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai
interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan
pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan
tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai
aset penting angkatan udara NATO.
Desain
Kokpit Su-27.
Desain
aerodinamisasi dasar dari Su-27 mirip dengan MiG-29 hanya lebih besar.
Pesawat ini sangat besar sehingga untuk meringankan beratnya material
titanium banyak digunakan (sekitar 30%). tidak ada material komposit
yang digunakan. Sayap yang sayung kebelakang menyatu dengan badan
pesawat pada perpanjangan leading edge dan pada dasarnya sayap berbentuk
delta, hanya bagian ujung luar saja yang dipotong untuk tempat rel
rudal diujung sayap. Su-27 bukanlah sebuah pesawat delta murni karena
masih mempertahankan bentuk ekor konvensional, dengan menggunakan 2
sirip ekor vertikal di sisi luar kedua mesinnya, dan dibantu dengan 2
ekor tengah melipat kebawah untuk membantu stabilitas lateral.
Mesin
turbofan Lyulka AL-31F disediakan tempat yang sangat lebar, tempat yang
lebar ini disediakan untuk alasan keamanan dan untuk menjamin aliran
udara yang tidak terputus pada bukaan udara masuk. Ruangan yang tercipta
diantara dua buah mesin juga menyediakan daya angkat tambahan sehingga
mengurangi beban sayap. Saluran penuntun yang bisa digerakan pada bukaan
udara masuk memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 2+ , dan
membantu menjaga aliran udara mesin pada saat sudut alpha tinggi.Sebuah
layar penyaring ditempatkan pada bukaan udara masuk untuk melindungi
mesin dari kotoran saat lepas landas.
Su-27
adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem
kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman
Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi
dengan beban saya yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang
kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetap mudah
dikontrol walaupun pada kecepatan sanagat rendah dan susut serang
tinggi. Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan
kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (kobra Pugachev) atau
pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang
120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan
pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat
untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik
somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas
dengan hidung pesawat menghadap keatas.
Versi
laut dari Flanker (lebih dikenal dengan nama Su-33), menggunakan kanard
untuk daya angkat tambahan, mengurangi jarak lepas landas (sangat
penting untuk kapal yang beroperasi dari kapal induk tanpa sistem
ketapel , Admiral Kuznetsov ). Kanard ini juga digunakan pada beberapa
Su-30, Su-35, dan Su-37.
Kanopi Su-27UB.
Sebagai
tambahan pada kelincahannya , Su-27 menggunakan volume internalnya yang
besar untuk menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar pula. Pada
konfigurasi berlebih untuk jarak tempuh maksimum, pesawat ini mampu
membawa 9.400 kg bahan bakar internal, bagaimanapun juga dengan beban
seperti itu kemampuan manuvernya menjadi terbatas, dan beban normal
adalah 5.270 kg.
Su-27
dipersenjatai dengan sebuah kanon Gryazev-Shipunov GSh-30-1 kaliber 30
mm di pangkal sayapnya, dan mempunyai 10 cantelan senjata untuk tempat
rudal dan senjata lainya. Standar persenjataan rudal untuk pertempuran
udara ke udara adalah campuran dari rudal Vympel R-73 (AA-11 Archer) dan
rudal Vympel R-27 (AA-10 'Alamo') , Senjata terakhir mempunyai versi
jarak tempuh yang diperjauh dan model kendali infra merah. Varian
Flanker yang lebih canggih seperti Su-30, Su-35, dan Su-37 juga bisa
membawa rudal Vympel R-77 (AA-12 Adder).
Su-27
mempunyai sebuah display kepala tegak berkontras tinggi yang bisa
disetel dan incaran yang dipasang di helm , dimana , bila dipasangkan
dengan rudal R-73 dan kelincahan pesawat yang sangat tinggi membuat
pesawat ini menjadi salah satu pesawat terbaik untuk pertempuran udara
jarak dekat.
Radar
Su-27 terbukti menjadi masalah besar dalam pengembangan Su-27.
Permintaan awal dari Uni soviet adalah sangat ambisius , mengharapkan
kemapuan untuk menyergap multi target dan jarak pantau 200km terhadap
pesawat seukuran pengebom (RCS 16 meter persegi untuk sebuah Tu-16). Hal
ini akan melampaui kemampuan deteksi radar APG-63 dari F-15 (sekitar
180km untuk target ber-RCS 100 meter persegi) dan kemampuan radar Su-27
ini kira-kira setara dengan Zaslon phased array radar seberat 1 ton yang
digunakan di pesawat MiG-31.
Sejarah tempur
Su-27 di udara.
Walaupun
Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat ini belum
banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya. Pemakaian pesawat ini
yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana
pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat
pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27
tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.
Salah
satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa,
yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran
udara.
Pengguna
Pengguna Su-27/30 berwarna biru dan calon pengguna berwarna hitam.
Sekitar
680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia.
Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60
pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar
30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.
Tiongkok
menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian
pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200
pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan
telah memesan 24 lagi. Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U.
Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi.
Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk
membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]
Amerika
Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27
UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya
tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.
Indonesia
(TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah
batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun
2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK
senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada
acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak
unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350
juta dolar AS.[2]
Spesifikasi (Sukhoi Su-27)
Karakteristik umum
* Kru: Satu
* Panjang: 21,9 m (72 ft)
* Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
* Leading edge sweep: 42°)
* Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
* Area sayap: 62 m² (667 ft²)
* Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
* Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
* Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
* Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing
Performa
* Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
*
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada
ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada
ketinggian tinggi)
* Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
* Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
* Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²')
* Dorongan/berat: 1,085
Persenjataan
* 1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
* 8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
o 6 R-27, 4 R-73
+ Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
o Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru
kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
4. Hide Su-37 Terminator Russia
Sukhoi Su-37 (kode NATO: Flanker-F) adalah pesawat tempur multi-peran buatan Rusia. Su-37 adalah prototipe pesawat buru sergap dan serang berkursi tunggal, segala cuaca, yang dikembangkan dari Su-27. Pesawat ini melakukan tes terbang pertama kali pada bulan April 1996 dari Pusat Ujicoba Terbang 'Zhukovsky' di dekat Moskow. Su-37 pake mesin baru AL-37FU dengan TVC sementara Su35 pake AL-35 yang engga ada TVC nya, Su-37 adalah pesawat Rusia pertama yang Full HOTAS.
5. Show Saab Gripen Swedia
Dassault
Rafale (atau "Squall" dalam Bahasa Inggris adalah pesawat tempur mesin
ganda serbaguna bersayap delta dari Perancis yang dibuat oleh Dassault
Aviation. Rafale diproduksi sebagai pesawat berpangkalan di darat dan di
kapal induk milik Perancis. Pesawat ini juga dijual untuk kebutuhan
ekspor. Meskipun beberapa negara menyatakan ketertarikannya untuk
memiliki rafale, namun belum ada harga yang ditetapkan untuk pasar luar
negeri.
Pengembangan
Biaya
Total biaya pengembangan adalah sekitar 28 milyar Euro, dimana yang digunakan untuk pembuatan unit sekitar €95 juta.
Biaya pengembangan sistem sebesar €91 juta, atau €88 juta jika termasuk biaya pengembangan tiap pesawat.
Harga pada tahun 2000 adalah €47 juta untuk versi angkatan udara, dan €49 juta untuk versi angkatan laut.
Sejarah Program
Templat:Cleanup-laundry
Urutannya meliputi:
* 1983
o April: Dassault mendapat kontrak untuk teknologi ACX (Rafale A)
* 1985
o Perancis secara resmi mundur dari Eurofighter programme, berkomitmen untuk melamjutkan proyek Rafale.
* 1986
o 4 Juli: Penerbangan perdana Rafale A
o Desember: Pengambangan mesin SNECMA M88
* 1988
o April: Pesanan pertama ditandatangani (untuk prototipe Rafale C).
* 1990
o Februari: Tes terbang untuk M-88 dimulai
* 1991
o 19 Mei: Penerbangan perdana untuk prototipe Armée de l'Air kursi tunggal (Rafale C)
o 12 Desember: Penerbangan perdana untuk prototipe Aéronavale (Rafale M)
* 1992
o Program percobaan kapal induk untuk Rafale M dimulai
* 1993
o Maret: Kontrak pertama untuk produksi pesawat ditandatangani.
o April: Awal percobaan kesesuaian kapal induk dengan Foch.
o 30 April: Penerbangan perdana untuk prototipe Armée de l'Air kursi ganda (Rafale B)
* 1995
o Juni: MICA pertama ditembakkan dari Rafale dalam mode peluru kendali.
o Juli: OSF system dan helmet-mounted sight/display dipasang dan diujicoba.
o September: Rafale M diuji coba pada landasan kapal induk (seri keempat).
o November: Penerbangan jarak jauh non stop perdana oleh Rafale B01 (3,020 nm dalam waktu 6 jam 30 menit).
o Oktober: Tes terakhir seri kapal induk darat Rafale M di USA.
o Desember: Pemasangan fuselage perdana.
* 1996
o Maret: Mesin M88 "flightworthiness" lolos uji.
o April: Produksi ditunda, dimulai ulang Januari 1997 karena pengurangan biaya produksi.
o Mei: Tes terbang rendah dengan database permukaan digital.
o Juli: Tes integrasi sistem elektronik Spectradalam ruang hampa.
o November: Penerbangan Spectra dimulai.
o Desember: Pengiriman perdana mesin standart.
* 1997
o Februari: Uji coba Penerbangan Rafale B01 dalam konfigurasi berat
maksimum (2 Apache ASM, 3 tangki bahan bakar 2000 liter, dua Magic dan
dua MICA AAM).
* 2002
o Rafale M mulai bertugas di 12F
* 2004
o Tugas apenuh di 12F
Source :serupedia
Source :serupedia
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda.Terimakasih telah berkunjung di di Blog BILLYSHARE 99
Peraturan dalam berkomentar :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel.
2. Berkomentarlah dengan bijak dan mohon untuk tidak melakukan SPAM.
3. Dilarang Membuat onar dan menggunakan kata kasar
4. Kami Harap Jangan Menaruh Link Hidup Maupun Mati Di Kotak Komentar, Terimakasih
5. Jika ingin menggunakan link harap gunakan open ID
6. Dilarang Promosi Iklan dan sebagainya..Harap dimaklumi !!